Ingin kutuliskan kisah ini, 19 hari menjelang pernikahan.
Bagiku semua wanita sama, seperti kebanyakannya perempuan sekarang dgn karakter kewanitaannya. tak taukah bahwa laki-lakipun sekarang sulit untuk mencari wanita untuk dijadikan pasangan yang sebenarnya baginya.
Tapi engkau berbeda, dirimu masih bisa untuk diajak berbicara, bisa memahami sikap apa yang tlh terjadi.
Aku sungguh bersyukur mendapatkan dirimu, dgn berbagai karakter kewanitaanmu. Sungguh aku belajar bersabar memahami dirimu.
Setiap apa yg kukatakan bukanlah hayalan atw igauan, kata cinta yang ku utarakan, bukanlah banyolan. Benarkah cinta penuh dgn pertengakaran, tidak, cinta penuh dengan keharmonisan dan toleransi thdp pasangan. Hindari masa atau kondisi yg membawa pd pertengkaran dan ketidak harmonisan.
"BERSABAR(ku)", sekali lg, kuncinya adalah "kuBersabar" bukan dgn kata-kataan.
Dimana saat bertoleransi kita, setiap saat, waktu, sikap, kondisi. Pasangan kita adalah jiwa kita, tidak sepatutnya kata-kata intoleran keluar dr benakkita.
Sikap sholeh tidaklah cukup, mahluk shaleh harus cerdas pula, harus kuat pula.
Menyerahkan pada Allah tidaklah cukup, tapi harus paham juga, sikap apa yg terjadi pd diri kita.
Kita akan mengarungi rumah tangga,
kita akan saling menuntun menempuhi jalan kebenaran.
bila kau bosan dengan kata2ku, peganglah erat daku, Karena kau adalah pasanganku.
rendahkan hatimu,
engkau tak secantik yang ku inginkan, tapIi wajahmu memangmEnariK hati
Engkau sama saja dengan wanita yang lain, tapi engkau sungguh berbeda.
Akupun memang tidak sesempurna seorang lelaki, tapi ingin selalu memberikan yang terbaik untuk mu.
Aku menghormatimu, karena engakaukan menjadi ibu dari anak-anakku.
Aku mengerti nanti engkaukan menjadi ibu. Ibu yang senantiasa lebih dihormati anak-anaknya.
Aku mengapresiasi itu, akupun mengagumimu.
Jangan bermanja-manja, aku tak mau keturunan kita pemanja.
Dalam posisi benar atau salah, akukn selalu meminta maaf untukmu.
paham kah dirimu suami/istriku.